-->

Penelusuran

Kampung Inggris "Berkabung"

Kampung Inggris "Berkabung"
Education Kampung Inggris Umum
Ringkasan:
Kampung Inggris, RnB English Course, Kampung Inggris Pare, Pare-Kediri, Belajar Bahasa Inggris

Penjelasan Detail



Tidak bisa di pungkiri lagi, Kampung Inggris adalah satu-satunya tempat pembelajaran Bahasa Inggris yang telah di akui di seluruh Indonesia bahkan hingga mancanegara. Oleh sebab itu, tak heran jika puluhan ribu pelajar berbondong-bondong datang ke Kampung Inggris tiap tahunnya.


Orientasi tujuannya-pun tentu beragam, ada yang ingin mendapatkan pekerjaan, beasiswa ke luar negri ataupun ingin mengajar dan sebagainya. Tapi belakangan ini, ada beberapa hal yang sangat di sayangkan, salah satunya adalah identitas dari Kampung Inggris itu sendiri. Pada awalnya, ada beberapa fakta menariktentang Kampung Inggris, yang mana sejak pertama kali berdiri yang di pelopori oleh mr. Kalend dengan lembanganya Basic English Course ( BEC ) pada tahun 1976, Kampung Inggris sangat di kenal dengan selogan "Kampung Inggris,Murah, Merakyat dan Berkualitas". Tapi kini, slogan "Murah" seolah-olah hilang dari identitas Kampung Inggris itu sendiri. Beriringnya waktu, di tambah makin maraknya kursusan-kursusan yang ada di Kampung Inggris yang menambah daya "persaingan" di Kampung Inggris serta banyaknya para investor luar yang menanam saham atau membangun property di kawasan Kampung Inggris, maka tak heran lagi jika kini Kampung Inggris "seolah-olah" terbagi untuk beberapa golongan, golongan menengah kebawah, golongan menengah dan golongan menengah keatas.

Pembagian golongan tersebut bukan tanpa sebab dan alasan, berdasarkan fakta dan kondisi yang terjadi di Kampung Inggris saat ini. sebagian pendapat mengatakan hal itu sangat lumrah, mengingat perkembangan zaman dewasa ini, tapi sebagian lagi sangat menyayangkan hal itu. Pada kesempatan kali ini, kami akan mencoba menjelaskan beberapa faktor-faktor penyebabnya satu-persatu berdasarkan pengamatan kami di lapangan.

Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi di antaranya adalah :

1.      Daya saing yang tinggi.

Berdasarkan data dinas Pendidikan setempat, terhitung sejak Januari 2016, total kursusan yang ada di Kampung Inggris sudah mencapai 200 lembaga kursusan, termasuk di dalamnya tidak hanya kursusan Bahasa Inggris, melainkan juga kursusan Bahasa Asing seperti, Bahasa Arab, Mandarin, Jepang, Korea, dll, serta mencakup kursus lain seperti kursus computer, menjahit, mengemudi, dan sebagainya. Maka tak heran, jika daya saing yang terjadi sungguh sangat mencolok. Oleh sebab itu, kini semua lembaga kursusan, berlomba-lomba bersaing untuk menjadi yang terbaik. Dimulai dari peningkatan kualitas program dan pengajar,  sarana dan prasarana fasilitas belajar dan sebagainya. Tapi kenyataannya,tak hanya lembaga kursus yang terlibat dalam persaingan, para pengusaha travel, catering ataupun warung makan, pedagang kaki lima, penyewaan sepeda, penyedia jasa laundry dan lainnya-pun ikut andil dalam persaingan tersebut. Maka, tak bisa di pungkiri, untuk menyajikan yang terbaik, perang harga jasa-pun terjadi.

2.      Campur tangan para investor atau penanam saham.

Melihat dari peluang bisnis yang menjanjikan di Kampung Inggris, ditandai dengan bertambah maraknya pelajar yang datang dari berbagai kota di Indonesia bahkan beberapa negara tetangga. Maka tak heran jika Kampung Inggris menjadi lirikan untuk para pembisnis. Dimulai dari pembelian beberapa lahan yang ada, yang di lanjut dengan pembangunan untuk asrama tempat tinggal para pelajar yang sedang belajar di Kampung Inggris. Pembangunan asrama tempat tinggalpun beraneka ragam, sesuai fasilitas sarana dan prasarana yang di berikan, seperti asrama untuk kalangan “menengah keatas” dengan fasilitas kolam renang, kamar mandi dalam, ruangan ber-AC, TV kabel, dan sebagainya. Serta ada juga fasilitas standar yang tentu sangat berbeda dengan fasilitas kalangan menengah ke atas tersebut. Maka wajar, mengingat fasilitas yang diberikan, harganya-pun sangat beraneka ragam, di mulai dari Rp. 130.000 perbulan, hingga Rp. 1.000.000.

3.      Adanya pihak ketiga

Pihak ketiga yang di maksud, bukan para investor melainkan para pemberi layanan jasa Kampung Inggris atau bisa di bilang “broker/calo” Kampung Inggris. Mungkin banyak di antara kita yang bingung dan bertanya-tanya ketika kita berselayar di mbah Google untuk mencari informasi seputar Kampung Inggris dengan keywords “Kampung Inggris” dan melihat apa yang terjadi?. Hasilnya adalah seperti yang kita ketahui sendiri, jelas akan sangat membingungkan di karnakan banyaknya bermunculan website-website yang “mengatasnamakan” Kampung Inggris. Di sini kami akan mengingatkan dan menjawab atas kebingungan banyaknya para pelajar yang ingin mengetahui informasi seputar Kampung Inggris itu sendiri. Adapun website yang mengatasnamakan Kampung Inggris adalah bukan website resmi dari Kampung Inggris itu sendiri, disini kami tekankan hingga tulisan ini di terbitkan, Kampung Inggris tidak memiliki satupun website resmi, adapun website-website yang mengatasnamakan Kampung Inggris adalah para broker/calo pelayanan jasa. Tentu, mereka akan mengenakan biaya tambahan atas jasanya tersebut. Adapun website resmi yang ada adalah website resmi lembaga yang tentu mencantumkan nama lembaganya sebagai nama websitenya.

4.      Kebutuhan peserta yang berbeda-beda

Banyak lembaga kursusan yang menyediakan program-program pembelajaran yang di khususkan sesuai dengan kebutuhan para peserta. Mengingat, tujuan dan target tiap peserta yang datang ke Kampung Inggris berbeda-beda sesuai kebutuhannya, ada yang ingin melamar pekerjaan, melanjutkan kuliah ke luar negri, pelaut, menjadi pengajar ataupun tour guide, dan sebagainya. Sudah barang tentu, kebutuhan tersebut bisa kita bilang kebutuhan khusus dan pasti program yang di ambil tentu berbeda dengan program pada umumnya, semisal program speaking, vocabulary, conversation, pronunciation, grammar tentu berbeda dengan program khusus seperti program job interview, public speaking, TOEFL, IELTS, dll. Jadi, sudah pasti biaya program khusus lebih mahal daripada program yang ada pada umumnya. Jika pada umumnya per-program Rp. 35.000-Rp. 100.000 per 2 minggu ataupun 1 bulan, program khusus bisa mencapai Rp. 200.000-Rp. 1.000.000 per-programnya.

      5.   Biaya sewa

Pada umumnya, hampir 90% pengelola ataupun pemilik lembaga kursus adalah para pendatang, hanya beberapa lembaga saja yang di miliki oleh masyarakat asli Kampung Inggris itu sendiri. Dari 90% tersebut, lebih kurang 80% lembaga kursus masih mengontrak bangunan dan fasilitas dari warga, hanya beberapa persen saja yang sudah memiliki bangunan sendiri. Permasalahan umum yang terjadi adalah, hampir tiap tahun, kontrakan bangunan / rumah yang di sewa pengelola ataupun pemilik lembaga kursus mengalami kenaikan yang drastis, mulai dari kenaikan harga sewa yang terendah sebesar Rp. 500.000 hingga ada yang mencapai Rp. 3.000.000 pertahunnya. Tentu kenaikan ini menjadi salah satu penghambat dan kendala yang di alami oleh para pengelola ataupun pemilik lembaga kursus. Salahsatu faktor kenaikan harga sewa adalah dikarnakan dari pemilik lembaga kursus itu sendiri. Para pengelola atapun pemilik lembaga kursus yang memiliki modal besar, tentu akan berani menyewa bangunan atau rumah di daerah strategis dengan harga fantastis dari harga normal pada umumnya, tentu hal ini menimbulkan kecemburuan sosial antara para pemilik bangunan atau rumah, dan dampaknya adalah, seolah-olah harga yang di tarif oleh para pengelola lembaga ataupun pemilik lembaga menjadi patokan dan tolak ukur harga standar kontrakan. Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu kenaikan harga kontrakan tersebut. Untuk mensiasati biaya sewa ataupun kontrak bangunan, mau tak mau, para pengelola ataupun pemilik kursusan akan menaikkan biaya program kursus, untuk mengimbangi biaya sewa ataupun kontrakan yang terbilang kian tahun kian mahal.

Dari beberapa faktor yang tersebut di atas, maka bisa kita simpulkan bahwa, penggolangan beberapa golongan yang ada di Kampung Inggris semisal golongan menengah kebawah, golongan menengah dan golongan menengah ke atas adalah di landaskan berdasarkan faktor-faktor yang telah di jelaskan di atas. Adapun faktor yang sangat mencolok adalah faktor fasilitas dari asrama tempat tinggal para peserta yang belajar di Kampung Inggris, adapun faktor lain lebih menjelaskan kenapa sebab hampir hilangnya identitas Kampung Inggris “Murah, Merakyat, dan Berkualitas”. Terlepas dari itu, masih banyak lembaga kursus yang mencoba untuk menstabilkan biaya belajar yang di khawatirkan akan merusak citra Kampung Inggris itu sendiri kedepannya. Dan banyak juga lembaga kursus yang mempermudah para peserta yang ingin belajar Bahasa Inggris di Kampung Inggris dengan program semisal potongan harga program ataupun pemberian beasiswa penuh meliputi biaya program belajar dan beserta tempat tinggal.

Adapun kedepannya, terlepas dari beberapa faktor yang terjadi, semoga Kampung Inggris tetap menjadi wadah untuk para pecinta ilmu dan tetap menjaga kualitas serta mutu yang terjamin. Selanjutnya, di lain waktu, nanti kami akan mencoba menjelaskan tentang faktor penyebab kenapa “Kualitas Kampung Inggris semakin menurun”. sedikit tambahan, seputar suasana kelas pembelajaran di Kampung Inggris, bisa lihat video di bawah ini.


0 Response to "Kampung Inggris "Berkabung""

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel